MASIGNCLEAN101

Materi Husnudzan Kepada Allah SWT

A. Husnudzan Kepada Allah SWT

husnudzan 1. Pengertian Husnudzan

Kata husnudzan mempuyai arti berprasangka baik lawan dari kata husnudzan adalah su’udzan yang artinya berprasangka buruk

2. Husnudzan kepada Allah swt

Husnudzan kepada Allah SWT adalah salah satu dari beberapa macam

keyakinan. Terbagi atas dua golongan, menurut keadaanmanusia yang

mengamalkannya. Yaitu yang bersifat khusus dan bersifat umum. Yang

termasuk khusus adalah golongan ulama, orang-orang yang taat dan

dekat kepada Allah.

Bagi orang yang khusus mengetahui betapa Allah SWT telah melimpahkan

kasih sayang-Nya kepada manusia dan makhluk di alam ini. Mereka telah

merasakan kenikmatan dari sifat Rahman dan Rahimnya Allah SWT ia

melihat semuanya adalah anugerah dari Allah SWT jua, berprasangka

baik (husnudzan) kepada Allah.. Ia tidak berkeluh kesah terhadap apa

saja yang menimpanya, seumpama musibah yang merenggut harta benda dan

nyawa diri dan keluarganya. Ia menerima dengan syukur dan penuh

harapan kepada Allah, bahkan mengharap ridha Allah atas kejadian dan

peristiwa tersebut.

Si hamba yang berhusnudzan kepada Allah melihat bahwa sifat Allah

yang Maha Sempurna adalah bagian dar perlindungan Allah kepada

manusia dan alam semesta. Sifat-sifat itu memberkati alam semesta,

menolong manusia dengan penuh kasih sayang, dan menempatkan manusia

sesuai engan sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah Yang Maha Tinggi

lagi Maha Mulia. Allah bersifat pelindung dan Pengasuh alam semesta,

karena Dia adalah Rabbul `Alamin. Allah mengampuni kesalahan dari

perbuatan manusia yang suka merusak ciptaan-Nya, dengan sifat al-

Ghafur-Nya. Allah menyelamatkan manusia dari bencana, karena sifat As-

Salam-Nya.

Allah SWT mengangkat manusia kepada kemuliaan karena Dia bersifat Al-

Aziz. Demikian Allah memberikan kekayaan kepada manusia, karena Allah

Maha Kaya (Al-Gani dan Al-Mughni). Allah yang memberi rizki kepada

manusia, karena Dia bersifat Al-Malikul Mulk, dan sifat-sifat Allah

yang Maha Tinggi, Mulia dan Sempurna.

Husnudzan orang awam kepada Allah SWT, karena mereka telah merasakan

dan menikmati pemberian Allah bagi dirinya dan alam semesta. Maka

timbullah rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada

Allah, dengan diikuti kedekatan dan ketakwaan dalam ibadah dan amal.

Alam telah memberikan manusia beragam kenikmatan, seperti hasil bumi,

air, minyak, bintang ternak, udara yang segar, hdup yang penuh

kesenangan, semuanya ini adalah bagian dari pemberian Allah SWT yang

langsung dirasakan kenikmatannya oleh manusia. Oleh karea itu manusia

patut berbaik sangka kepada Allah, apabila pada suatu waktu alam

menjadi murka seperti terjadi angin kencang yang merobohkan rumah,

dan menggelorakan lautan, atau hujan lebat terus-menerus, lalu

terjadi banjir .

Gunung meletus yang menyengsarakan penduduk, kebakaran yang meratakan

perkampungan dan pedesan. Orang awam yang beriman mengahadapi

peristiwa seperti itu, hendaklah tetap husnudzan kepada Allah. Karena

peristiwa tersebut adaah aibat erbuatan manusia iu sendii manusa

tidak menjaga alam sekitarnya, tidak memelihara anugerah Alla dan

tidak mperhatikan gelagat alam yang ada di sekitarnya.

Berprasangka baik kepada Allah, baik dengan memahami sifat-sifat

Allah yang Maha Suci dan Maha Mulia, atau dengan melihat pemberian

dan anugerah Allah yang luas dan banyak, manusia akan bertambah iman

dan ketaatannya kepada Allah SWT. Tidak berprasangka buruk kepada-

Nya, karena perasaan dan kebiasaan, atau masalah-masalah yang di

hadapinya tidak terpecahkan atau hal-hal khusus yang tidak

terselesaikan oleh manusia.

Pemberian Allah dan nikmat-Nya dalam hidup manusia ini, termasuk

didalamnya, hidayah agama, taufik bagi perjalanan hidupnya yang

menimbulkan ibadah dan amal shaleh.

Demikian juga anugerah yang diterima manusia dari Allah SWT ialah

dengan mejadikan mereka bersaudara, berkasih sayang dan hidup tolong

menolog.Rahmat dan kasih sayang Allah yang melimpah kepada manusia

itu termasuk peraturan dan hukum serta akhlak. Manusia pun dilarang

berprasangka jelek (Su'udzan) kepada sesama manusia dan alam

sekitarnya. Karena apa yang tidak disukai oleh seseorang tidak

selamanya jelek, dan kadang-kadang mendatangkan kebaikan. Allah SWT

mengingatan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 216: "Apa yang kamu

tidak sukai barangkali itu lebih baik untuk kamu, dan apa yang kamu

sukai barangkli jadi jelek bagi kamu...."

Husnudzan kepada Allah dalam melaksanakan amal, tidak lain adalah

dengan cara memperbagus ibadah dan amal saleh. Mengharapkan ampunan

dan maghfirah dari Allah. Lawan husnudzan adalah suudzan

(berprasangka buruk). Maksudnya berprasangka buruk kepada Allah,

bahwasannya Allah itu tidak mendengar doa dan permintaan seorang

hamba, karena si hamba banyak dosanya. Atau merasa banyak dosa,

sehingga enggan dan kuatir meminta ampun kepada Allah, karena takut

dimurkai oleh Allah. Suudzan seperti ini, karena kurangnya

pengetahuan tentang ajaran agama Islam yang benar. Suudzan juga bisa

membawa akibat bagi orang pesimis dan berputus asa kepada rahmat

Allah.. Adakalanya seorang hamba suudzan terhadap Allah, karena ia

merasa telah melaksanakan ibadah dengan baik (salat misalnya), telah

berzikir, telah berdoa kepada Allah, tetapi sampai saat ini, ia belum

menerima pemberian Allah. Ia merasa permohonannya tidak didengar dan

tidak diterima oleh Allah.

Tidak semestinya seorang hamba merasa tidak didengar, tidak diterima,

tidak diberi oleh Allah SWT. Tidak patut seorang hamba berpikir dan

berperasaan seperti itu. Oleh karena apabila diperhatikan, dan

dirasakan oleh setiap orang yang masih diberi napas, dan ia diberi

aktivitas hidup, selalu mendapatkan kenikmatan dan anugerah dari

Allah. Hanya manusia yang tidak mau merasakan pemberian Allah yang

banyak. Ia hanya meminta, dan tidak mau menghitung dan memikirkan apa

yang telah ia terima dari Allah SWT. Orang seperti ini tidak pernah

bersyukur, dan selalu berkekurangan, sehingga ia merasa Allah belum

memberi apa-apa kepadanya. Ia telah kufur nikmat. Oleh karena itu ia

selalu berprasangka buruk kepada Allah (suudzan). Akibat dari sifat

seperti ini, ia bisa mengidap penyakit putus harapan atau kehilangan

kemudi.

Jangan sampai seorang hamba dalam hidupnya tetap dalam keadaan

suudzan kepada Allah SWT. Dalam hadits dari sahabat Jabir, Rasulullah

SAW mengingatkan, "Barangsiapa yang berketetapan hati untuk tetap

husnudzan terhadap Allah SWT laksanakanlah. "Kemudian membaca ayat 23

surat Hannin sajdah yang artinya kurang lebih, "Dan itulah sangka

buruk yang kamu duga tentang Tuhan kamu, (sangka buruk) yang membawa

kamu kepada kebinasaan, dan jadilah kamu menjadi golongan yang sangat

merugi." Telah berkata Abu Talib al-Makky, "Adalah Ibnu Mas'ud orang

yang memelihara hubungan baik hamba dengan Allah, dengan mentaati

Allah azza wa Jalla, itulah perbuatan yang paling baik, artinya ia

telah berprasangka baik. Nabi SAW bersabda, "Telah berfirman Allah

SWT, sesungguhnya saya (Allah) bersama hambaku yang berprasangka,

hamba yang berprasangka baik atau pun yang berprasangka buruk."

Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri ra., adalah Rasulullah SAW

sedang sakit. Rasulullah SAW berkata kepadanya, "Bagaimana kamu

berprasangka kepada Tuhanmu!" Ia menjawab, "Saya berprasangka baik."

Rasulullah SAW bersabda lagi, berprasangkalah kamu kepada-Nya sesuka

kamu. Sesungguhnya Allah SWT bersama dugaan orang mukmin."

Boleh berprasangka kepada Allah, selama prasangka itu prasangka baik.

Prasangka yang paling baik adalah prasangka orang-orang beriman dan

saleh yang hanya berharap kepada Allah SWT belaka. Allah tetap akan

merahmatui dan memberkati orang-orang yang suka berprasangka baik

kepada Allah, baik dengan sifat-sifat Allah atau karena Allah telah

membuktikan pemberian-Nya kepada manusia dan alam ini.

3. Sikap baik kepada allah swt

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, segala sesuatu yang kita alami terkadang membuat kta puas tetapi pada saat yang lainkadang tidak menyenangkan. Apabila yang kita alami bernuansa positif maka hal itu menyenangkan, sebaliknya jika bernuansa negative kadang kita sedih atau kecewa

Manusia wajib berhusnudzan dan dapat mengambil hikmah dibalik peristiwa yang ada karena tidak ada sesuatu yang sia-sia asalkan manusia dapat mengambil hikmah di balik peristiwa yang ada, karena tidak ada sesuatu yang sia-sia asalkan manusia mengambil hikmahnya.

4. Cara mewujudkan husnudzan kepada allah swt

a. Bila kita melakukan sesuatu bersikap optimis, artinya usaha positif yang sedang dilakukannya dengan cara bertawakal terhadap allah swt maka allah akan memberikan pertolongan sehingga berhasil

b. Berdoa kepada allah atas pengampunan dosa-dosanya, artinya seorang muslim yang berbuat salah, tidak berputus asa akan tetapi memohon langsung pengampunan kesalahan kepada allah swt

c. Berserah diri kepada allah swt

d. Tidak berkeluh kesah apalagi berputus asa apabila mendapat musibah, artinya jika telah mendapat musibah maka kita bersikap menyadari bahwa musibah itu merupakan ujian allah swt

e. Menerima dengan ikhlas keputusan allah swt

f. Bertaqwa kepada allah swt

5. Hikmah berhusnudzan kepada allah swt

a. Jiwanya ikhlas, hatinya bersih dan terhindar dari penyakit hati

b. Hidupnya menjadi tenang, tentram dan damai

c. Tidak menimbulkan perselisihan atau perpecahan

d. Menumbuhkan rasa optimis

e. Dapat memacu semangat lebih kreatif

f. Senantiasa bersyukur atas nikmat allah swt sekecil apapun

Read Other

Share This :
Ari Kristianto